Rawan Kecelakaan, Urat Nadi Perekonomian Masyarakat
Jika di telusuri ke desa-desa dalam kabupaten Tebo banyak ditemukan tempat yang menjadi asset wisata. Salah satunya jembatan gantung di desa Tuo Sumay kecamatan Sumay yang saat ini terbengkalai karena tidak mendapat perbaikan. Bagaimana kondisinya? Berikut laporan wartawan Radar Tebo. Di bawah teriknya matahari, seorang bocah melintasi jembatan di Desa Tuo Sumay. Masyarakat di sana terbiasa menyebutnya jembatan gantung. "Dak do la bang, nak duduk–duduk be diatas jembatan ko," kata anak tersebut dengan bahasa Tebo yang kental saat disapa Radar Tebo. Jembatan gantung ini merupakan sarana penyeberangan yang sangat membantu masyarakat desa itu. Berlokasi dekat pemukiman penduduk, jembatan sepanjang lebih kurang 80 meter ini dibangun diatas sungai Batang Sumay. Merupakan penghubung antara Desa Tuo Sumay dan Dusun Olak Bandung. Jembatan Gantung ini dilengkapi pengaman didua sisi, kanan dan kiri jembatan untuk berpegangan bagi pejalan kaki. Lantainya dari papan yang diberi penahan kayu persegi dan dua pasang Beton besar sebagai penyangga berdirinya jembatan ini. "Jembatan ko dibangun sekitar tahun 1996 pado maso pak Abdul Muthalib lagi jadi Bupati Bungo Tebo dulu" jelas H Muslim, salah satu warga Desa itu. Sejak dibangun jembatan ini memberikan manfaat besar bagi penduduk Dusun Tuo untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Terutama untuk memperlancar akses perekonomian warga yang mayoritas adalah petani. Masyarakat Desa Tuo Sumay sangat terbantu untuk menggarap lahan mereka yang berada di Seberang Sungai Batang Sumay. "Hampir segalo warga Desa Tuo Sumay berkebun di Seberang Batang Sumay ko, rato–rato kebun parah (karet, red), sejak ado jembatan ko kalu nak motong (menyadap karet,red) kami jadi mudah dak payah nak nyebrang berperahu lagi", tutur Alimudin Ketua BPD Desa Tuo Sumay. Dahulu, jembatan ini juga berperan sebagai tempat rekresi anak muda. Baik dari dalam desa, desa tetanngga bahkan dari kecamatan lain. Mereka menikmati pemandangan dari atas jembatan dan juga menikmati nuansa alam yang masih asri. "Paling sering dulu tu ketika hari minggu dengan sabtu sore," tambahnya. Namun sejak beberapa tahun terakhir kunjungan mulai kurang. Begitupun dengan masyarakat Desa Tuo Sumay maupun Dusun Olak Bandung sudah agak jarang melewati jembatan ini karena kondisi jembatan yang sudah mulai rapuh termakan usia. Sehingga rawan kecelakaan. "Pengendara maupun pejalan kaki merasa ngeri melewati jembatan itu, karena sering jatuh, karena licin dan goyang saat menempuh jembatan tersebut," kata Alimudin yang saat itu diampingi isterinya. Selain kondisi jembatan, jalan dari Desa Tuo Sumay ke Olak Bandung yang berjarak sekitar 1,5 KM juga dalam kondisi sangat memprihatinkan. Jalan itu berlumpur pada musim hujan. Padahal jembatan itu sangat vital bagi masyarakat untuk memetik hasil perkebunan mereka. Dan tentunya untuk meperlancar akses informasi dan komunikasi serta kegiatan pemerintahan Desa, Apalagi perekonomian masyarakat Desa Tuo Sumay bergantung terhadap lahan kebun di daerah Dusun Olak bandung sangat membutuhkan jembatan untuk memeperlancar akses mereka. Dampak lainnya sebanyak 300 jiwa warga Olak Bandung menjadi terisolasi. Ditambah lagi dusun tersebut belum dialiri listrik. Untuk perawatan jembatan itu, setiap tahun pihak desa memperbaiki kerusakan jembatan dengan menggunakan dana Alokasi Dana Desa (ADD) yang terbatas. Selain itu swadaya dari masyarakat yang menyumbang beberapa keping papan. "Seandainyo jembatan di buat lebih bagus dan besar yang bisa dilewati mobil dan di buka jalan di seberangnyo desa kito ko biso terhubung langsung dengan Olak Bandung, Sungai Rambai seberang, Ragunas, dan Serai Serumpun," kata Alimudin. (ade/Radar Tebo) |
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Pesan Di Bawah Ini. Terima Kasih